Alhamdulillah, apa yang selama ini aku lakukan banyak membawa hasil yang bermanfaat untukku meskipun bukan uang. Ya, lagi lagi aku mendapat pelajaran yang sangat berharga dari seorang asing yang menghubungiku lewat sms. Sifat rendah hati. Aku sudah tahu hal ini sejak lama, tapi dalam dunia professional aku baru menyadarinya sekarang. Menakjubkan, mungkin itulah satu-satunya kata yang dapat mengungkapkaan sifat rendah hati dalam profesionalisme. Mereka yang telah mendapat banyak dan lebih banyak kesuksesan justru lebih suka merendahkan hati mereka daripada aku yang baru memulai sebuah usaha. Memalukan. Ya, bagaimana tidak. Seorang kampiun dalam bidaang yang sedang aku geluti, dengan sangat sadar menawarkan dengan konteks meminta kerjasama. Bukankah konteks meminta kerjasama berarti beliau menghargai aku??? Sebelum aku tahu siapa beliau, aku sedikit tinggi dalam penawaran. Merasa dihargai membuatku menaikkan nilai tawar. Tetapi… huh… aku malu pada diriku sendiri setelah mengetahui siapa lawan bicaraku. Seorang senior. Kampiun dengan omset yang jauh diatasku!!!! Bagai langit dan bumi. Hal ini kembali mengingatkaku tentang kejadian yang mirip yang dialami temanku.
Beberapa waktu lalau temanku (sebut saja Fulan, untuk menjag rahasia perusahaan) kembali menggeliatkan usahanya. Menawarkan sebuah bentuk kerjasama untuk usahamya. Kemudian seseorang menghubungi Fulan dan menyatakan minatnya untuk bekerjasama. Fulan dengan penuh antusias menanggapi dan berjanji akan melakukan tindak lanjut. Sorenya, beliau kembali menghubingi Fulan untuk melakukan pembicaraan yang lebih intensif,
“Saya tertarik dengan penawaran kerjasama ini, kapan pak saya boleh sowan ke tempat bapak?” (beliau menggunakan kata sowan untuk merendah)
“Saat ini saya sedang sibuk, paling cepat minggu depan.”
“O ya pak, matur nuwun atas kelonggaran waktunya” (konteks yang meninggikan fulan)
Singkat cerita, telusur punya telusur. Usut punya usut, orang ini bukan sembarang orang. Bahkan Fulan ketika bercerita kepadaku berkata, “Malu aku, berlagak tinggi tapi ternyata tidak ada apa2nya”. Bagaimana fulan tidak malu, ternyata orang yang menghubungi Fulan adalah investor besar. Seorang yang sangat berpengalaman dalam bidang investasi dan pengmbangan bisnis. Pada akhirnya, beliau juga yang mengajari Fulan membuat kontrak bisnis yang baik, membuat proyeksi usaha yang benar sesuai analisa lapangan, membuat rencana perputaran modal dan juga yang memberikan modal kepada Fulan. Tidak tangggung tangggung, 180 juta rupiah cair hanya dalam waktu semalam. Luar biasa… tapi sayang, aku kurang tanggap. Aku mengulangi kesalahan yang sama dengan yang dilakukan Fulan. Padahal aku sudah mengetahui kisahnya sebelum terjadi padaku. Malu yang tak terkira. Itulah perasaanku. Dan aku kembali belajar hari ini. Belajar untuk menjadi rendah hati. Belajar untuk menjadi orang yang kuat tanpa harus menunjukkan kekuatannya. Belajar seperti mereka, menjadi kaya tanpa harus menunjukkan kemewahannya. Belajar untuk menjadi pribadi yang memiliki kekuatan tanpa harus memamerkannya. Ya, mudah mudhan aku bisa menjadi seperti itu. Amin.
Tak koment
ReplyDeletenip, tukeran link
ReplyDeleteLink mu wes tk pasang ket byen bro...,
ReplyDelete