-->

Cari tulisan / Find an article

Wednesday, 30 March 2011

Pelajaran dari kegagalan

Beberapa waktu yang lalu, temanku sms aq dan menanyakan kabarku. Aq bilang kalau aq punya kabar baik. Temanku bertanya kepadaku “ Kabar baik apa?”.
“Kemarin, 2 transaksiku gagal. Mantap”
“ Seperti itu kok kabar baik, aneh. Baik darimana?”
Ya, memang berbeda apa yang dipikirkan temanku dengan apa yang ada di kepalaku. Jelas sangat berbeda. Temanku menganggap bahwa kegagalanku adalah kabar buruk. Sedangkan aku menganggap itu kabar baik. Mungkin aneh. Tapi jelas itu kabar baik. Setidaknya kegagalan itu mngajariku banyak hal. Menunjukkanku banyak kesalahan yang telah aku lakukan dalam membangun usaha. Ya, memang aku juga merasakannya. Kegagalan itu sangat pahit. Bahkan menyakitkan. Tapi jelas, bahwa saat ini aku merasakan manfaat dari kegagalan itu. Aku jadi teringat tentang kata2 dari seorang trainer waktu aku mengikuti seminarnya. “ Tangga pertama dari kesuksesan adalah kegagalan, kalo Anda ingin sukses, jangan takut untuk gagal”. Mirip dengan yang aku baca di sebuah buku motivasi. Alpha Eddison membuat 100 kegagalan dan hanya 1 kesuksesan! Bayangkan, perbandingan yang sangat menyakitkan jika kita menggunakan perasaan. Tetapi Alpha Eddison tidak menyerah. Jika saja beliau menyerah dalam usahanya, katakan kegagalan ke 45 misalnya, mungkin saat ini dunia masih gelap gulita tanpa cahaya dari lampu di malam hari. Jadi sangat bodoh jika aku menyerah dalam kegagalan transaksiku yang ke2. Justru dari kegagaln itulah aku berusaha mengambil pelajaran sebanyak mungkin. Jika temanku yang menganggap hal itu adalah kabar buruk, wajar. Dan aku hanya tersenyum membaca reaksi sms darinya. Hehehe. Tentu saja, temanku tidak melakukan apa yang aku lakukan. Dan tidak memikirkan apa yang aku pikirkan. Pemikiran kami berbeda, tindakan kami juga berbeda. Dan aku tidak menyalahkannya, karena ia memang benar (menurut keadaanya), tapi aku juga merasa benar bahwa kegaganku itu kabar baik (menurut keadaanku). Ya begitulah, beda cara pandang.

Lain lagi dengan temanku yang melakukan bisnis yang mirip denganku. Dia sudah gagal, jauh lebih parah dari aku. Bukan hanya gagal dalam bertransaksi, tapi juga menenggung kerugian materi yagn cukup besar atas kegagalannya. 300 unit komoditi yang ditawarkan ditolak semua. Karena masalah spesifikasi unit. Wow….. 17.000 kali 300. Kerugian atas komoditinya Rp. 5.100.000. Belum termasuk ongkos kirim dan tenaga kerja. Belum lagi ditambah kerugian nama baik dan waktu yagn terbuang. Ckckck. Padahal di lain pihak, pada saat yang bersamaan dia juga mengalami kerugian atas modal yang tidak berputar. Wow, pelajaran yang sangat berharga.

So, setidaknya aku belajar 4 hal dari kegagalan kami berdua.

1. Dalam menjalankan usaha, kita harus memiliki konsistensi yang tinggi.
Jelas, dari pengalamanku yang aku tulis beberapa waktu lalu, konsistensi sangat diperlukan dalam setiap sudut bisnis. Bahkan dalam hal sekecil apapun, aku (kita ) harus konsisten. Waktu, tempat, spesifikasi, jumlah, dan terhadap hal hal lain aku harus lebih konsisten

2. Memahami situasi dan kondisi serta rekan bisnis.
Keadaan bisa berubah kapan saja baik karena faktor internal maupun eksternal.  Kekurang-telitian dalam memahami medan tempur bisa berakibat melesetnya target. Seperti yang aku alami, karena aku kurang teliti dalam menghitung biaya pengantaran terjadilah kenaikan harga yang cukup memberatkan. Padahal harga dasarnya sudah sesuai. Tetapi karena aku kurang paham medan tempurnya, aku mengandalkan jasa pengiriman yang biayanya ternyata cukup memberatkan ‘pembeli. Dan dari kejadian itu, akku mulai berusaha mencari alternatif atas metode pengiriman yang efektif dan murah. Berbeda lagi dengan temanku, karena kurang mengerti karakter rekan kerja, dia jadi menderirta kerugian atas mpdal yang tidak berputar. Aku harus berhati hati dalam mencari rekan bisnis.

3. Mempelajari aliran disribusi.
Ya, selama ini aku lihat pemain dalam bisnis ini hanya itu2 saja. Bahkan sering seseorang berperan ganda. Saat ini menjadi pembeli, saat ini juga manjadi penjual. Padahal aku berharap dapat memperoleh pembeli akhir. Sehingga harga yang didapat cukup bagus. Dari sinilah aku belajar bagaimana memahami aliran distribusi bisnis.

4. Belajar bersabar.
Tidak ada yang instan. Itulah prinsip dasar usahawan sukses. Dulu sebelu terjun ke dunia usaha, aku berpikir bisa membuat deal besar dan berkelanjutan dalam sekali tembak. Ternyata tidak. Butuh kessabaran untuk membuat deal yang bagus. Butuh kesabaran untuk membengun image yang baik. Butuh kesabaran dalam menghadapi konsumen yang rewel. Dan butuh kesabaran dalam menerima kegagalan.

Aku bersyukur telah diberikan kegagalan ini. Karena aku belajar banyak hal. Dan aku akan memperbaiki diri untuk menyambut deal berikutnya. Ya….. Aku yakin bisa membuat deal yang lebih baik dari saat ini.

No comments:

Post a Comment

Give me a feed back please....